InfoSAWIT JAWA, SOLO – Merujuk pada rangkaian Hari Batik Nasional tahun 2022 silam, dan sebagai peringatan akan Hari Batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO di tahun 2009. Kala itu, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) bersama-sama menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) sebagai tanda kolaborasi dalam memajukan dan mempromosikan produk batik, yang bakal menggunakan bahan baku sawit berkelanjutan di Indonesia.
Dalam kesepakatan kerja sama tersebut, FPKBL dan RSPO akan saling mendukung dan berkolaborasi akan adanya perubahan sistemik dalam proses produksinya. “Bertujuan untuk menciptakan industri batik berkelanjutan, yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan”, ungkap Ketum FPKBL, Alfa Febila Priatmono kepada InfoSAWIT JAWA, Selasa (18/4/2023).
Kondisi terkini, kemandirian masyarakat Laweyan yang tahan krisis, terus mengembangkan daerahnya menjadi tujuan pariwisata batik berkelanjutan.
Kini, tahun 2023, inisiasi penggunaan malam batik berbahan baku minyak sawit berkelanjutan akan dilanjutkan, sebagai upaya bersama menyediakan produk batik sawit berkelanjutan bagi dunia. Daerah Laweyan yang historical, menjadi kekuatan utama dalam menghasilkan batik sawit berkualitas dunia.
Menurut Deputy Director Market Transformation RSPO, Mahatma Windrawan Inantha, keberadaan daerah Laweyan sebagai pusat produksi batik sawit berkelanjutan, menjadi momentum bagi banyak pihak guna berkolaborasi bersama. Lantaran, sedang dilanjutkan, maka Windrawan mengajak para pelaku usaha bisnis minyak sawit untuk berkolaborasi bersama.
“Kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan, menjadi kunci keberhasilan akan pengembangan produk hilir sawit berkelanjutan”, kata Windrawan menjelaskan.
Pentingnya kesadaran masyarakat luas, juga memiliki peran penting dalam pengembangan batik sawit. Menurutnya, keberhasilan malam batik berkelanjutan menjadi bagian dari gerakan sadar masyarakat luas akan pentingnya mengonsumsi minyak sawit berkelanjutan. (T1)