InfoSAWIT, BOGOR – Dalam analisa Direktorat Jenderal Perkebunan, setidaknya terdapat empat alasan perkebunan kelapa sawit bisa dijadikan sebagai lokasi pengembangan ternak sapi, pertama, tersedianya lahan yang luas untuk pengembangan sapi, apalagi sampai saat ini tutupan perkebunan kelapa sawit telah mencapai 16,38 Juta Ha, sehingga berpeluang untuk diintegrasikan dengan sapi-kelapa sawit.
Kedua, tersedianya Biomassa pakan sepanjang tahun, diungkapkan Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Ali Jamil, perkebunan kelapa sawit mampu menghasilkan bioamassa yang bisa dijadikan sumber pakan ternak, misalnya pelepah dan daun sawit, hijauan dibawah naungan sawit, bungkil sawit, serta solid.
Ketiga, tersedianya potensi Sumberdaya Manusia (SDM) yakni petani sawit untuk mengelola usaha pembiakan/ penggemukan sapi, serta keempat, dengan penerapan integrasi sapi-kelapa sawit maka bisa mengurangi biaya pupuk dan herbisida di perkebunan sekitar 30%.
“Serta mampu meningkatkan produksi Tandan Buah Seger (TBS) sawit dari pupuk hayati berasal dari kotoran sapi, dengan demikian bisa mewujudkan sawit ramah lingkungan,” tutur Plt. Dirjen Perkebunan, Ali Jamil, dalam Kongres I Perkumpulan Multistakeholder Integrasi Sawit-Sapi, di Bogor, Maret 2022 lalu, yang dihadiri InfoSAWIT.
Lebih lanjut tutur Ali, dari analisa yang telah dilakukan dimana lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola petani mencapai 6,08 juta ha, dimana sebanyak 4,8 juta ha merupakan perkebunan kelapa sawit pada fase Tanaman Menghasilkan (TM), maka itu potensi pengembangan sapi yang bisa dilakukan secara maksimal bisa mencapai 3 ekor sapi per ha, dengan melihat potensi pakan yang ada di perkebunan kelapa sawit. (T2)